Jumat, 13 Januari 2017

MAKALAH




Keterampilan Berbicara


A.      Latar Belakang

Kemampuan untuk menyusun kata-kata yang baik dan jelas mempunyai dampak yang besar dalam hidup manusia. Baik untuk mengungkapkan pikiran-pikirannya atau memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Berbicara dengan bahasa asing merupakan keterampilan dasar yang menjadi tujuan dari beberapa tujuan pengajaran bahasa. Sebagaimana bicara adalah sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa Arab. Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.
Terdapat beberapa perbedaan mendasar antara keterampilan berbicara dengan keterampilan-keterampilan yang lain, di satu waktu kita bisa membaca, menulis ataupun mendengarkan suatu kosakata tertentu, akan tetapi tidak disertai kemampuan untuk berbicara atau berkomunikasi kecuali terdapat faktor-faktor lain yang mendorong kita menggunakan kosakata tersebut untuk berkomunikasi. Untuk itu, di dalam makalah ini kami akan membahas secara gamblang apa saja strategi dan tekhnik agar seorang siswa mampu untuk berbicara atau berkomunikasi dengan baik khususnya dalam berbicara dengan menggunakan bahasa arab.

B.      Rumusan Masalah


1.      Apa itu keterampilan berbicara ?
2.      Strategi apa yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara ?
3.      Teknik apa yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara ?

C.      Tujuan

Keterampilan berbicara adalah keterampilan yang paling penting dalam berbahasa. Sebab berbicara adalah bagian dari keterampilan yang dipelajari oleh para pembelajar, sehingga keterampilan berbicara dianggap sebagai bagian yang sangat mendasar dalam mempelajari bahasa asing. Oleh karena itu, makalah ini kami susun bertujuan sebagai rujukan bagi para pembaca agar memiliki pengetahuan terkait tentang langkah-langkah mencapai taraf kemampuan berbicara yang baik  dan mampu mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari.

A.      Pengertian keterampilan Berbicara (Kalam)

Berbicara (kalam) secara etimologis adalah perkataan, percakapan, dan pembicaraan.[1] Sedangkan menurut pakar gramatika bahasa Arab, Kalam adalah lafal yang tersusun yang memberikan faedah dan dilakukan secara sengaja.[2] Dengan kata lain, kalam dimaksud memberikan pengertian secara lengkap. Adapun pengertian Berbicara (kalam) dalam perspektif terminologis adalah mengucapkan bunyi-bunyi bahasa Arab secara benar dan akurat, dan bunyi-bunyi tersebut keluar dari makhraj al-huruf yang telah menjadi konsensus pakarb ahasa.[3] Konteks ini dapat dicermati bahwa pengertian berbicara (kalam) di sini tidak hanya keluar begitu saja tanpa ada tendensi tertentu, melainkan seorang pembicara mampu memberikan pemahaman terhadap lawan bicaranya ketika terjadi interaksi (komunikasi), sehingga mudah dicerna atau dimengerti secara sempurna.

B.      Tekhnik pembelajaran keterampilan berbicara

Tekhnik pembelajaran keterampilan berbicara ini dapat dilakukan melalui beberapa latihan (praktik) dari apa yang didengar secara pasif dalam latihan menyimak. Salah satu pendekatan yang paling cocok dalam pembelajaran keterampilan berbicara atau kalam bagi pemula adalah “sam’iyyah syafawiyyah, dan pendekatan komunikatif“.[4] Maksudnya sejak pelajaran pertama, guru harus memotivasi peserta didik untuk menguasai materi pelajaran secara lisan.
          Di bawah ini, akan dijelaskan beberapa tekhnik atau latihan-latihan yang dapat digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara :

1.     Latihan Asosiasi dan Identifikasi

Latihan ini dimaksudkan untuk melatih spontanitas siswa dan kecepatan serta kecermatan mereka di dalam mengidentifikasi dan mengasosiasikan makna ujaran atau kosakata yang didengarnya. Bentuk latihannya sebagai berikut :
a.       Guru menyebut satu kata, selanjutnya siswa menyebut kata lain yang memiliki hubungan dengan kata tersebut.
b.      Guru menyebut satu kata, selanjutnya siswa  menyebut kata lain yang tidak memiliki hubungan dengan kata tersebut. 
c.       Guru menyebut satu kata benda (isim), selanjutnya siswa menyebut kata sifat yang sesuai dengan kata benda tersebut.
d.      Guru menyebut satu kata kerja (fi’il), selanjutnya siswa menyebut pelaku (fa’il)nya yang sesuai dengan kata kerja tersebut.

2.       Latihan Pola Kalimat (pattern drill)

Latihan pola kalimat (pattern drill) ini adalah sebuah format latihan yang disajikan terhadap peserta didik dengan mempresentasikan pola-pola kalimat,  sehingga lidah mereka menjadi otomatis di dalam mengeskpresikan pola kalimat arab tanpa skeptis.

3.     Latihan Percakapan (dialog)

Latihan percakapan ini biasanya mengambil topik atau tema tertentu yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari atau kegiatan-kegiatan yang dekat dengan para siswa. Adapun proses implementasinya yaitu dengan menggunakan pendekatan komunikatif. Sehingga terjadi interaktif dan terkesan tidak dibuat-buat. Bentuk latihannya sebagai berikut :
a.         Tanya Jawab
Guru mengajukan satu pertanyaan, siswa 1 menjawab dengan satu kalimat; kemudian siswa 1 bertanya, siswa 2 menjawab; kemudian siswa 2 bertanya siswa 3 menjawab; demmikian seterusnya sampai semua siswa mendapat gilirannya.
b.         Mengahafalkan model dialog
Guru memberikan suatu model dialog secara tertulis untuk dihafalkan oleh siswa di rumah masing-masing. Pada minggu berikutnya secara berpasangan mereka diminta untuk tampil di depan kelas untuk memeragakan dialog tersebut.
c.         Percakapan terpimpin
Di dalam percakapan terpimpin, guru menentukan situasi atau konteks atau muna:sabahnya. Siswa diharapkan mengembangkan imajinasinya sendiri dalam percakapan dengan lawan bicaranya sesuai dengan muna:sabah yang telah ditentukan.
d.         Percakapan bebas
Dalam kegiatan percakapan bebas, guru hanya menetapkan topik pembicaraan. Siswa diberi kesempatan melakukan percakapan mengenai topik tersebut secara bebas.

4.     Berpidato

Kegiatan berpidato merupakan salah satu sarana atau bentuk pengajaran bahasa arab yang digunakan di berbagai pondok pesantren, dan memiliki dampak yang positif bagi para siswa. Karena siswa dibiasakan untuk berpidato dengan menggunakan bahasa yang lebih baik atau dengan kaidah yang benar.
Pendidik dalam hal ini harus mampu menanamkan keterlibatan pihak pendengar dengan pembicara. Untuk mencapai hal ini guru dapat menghubungkan kegiatan mendengar dan menulis. Misalnya, siswa diharuskan menulis ringkasan isi pidato dari setiap pembicara.

5.     Diskusi

Ada beberapa model diskusi yang dapat digunakan dalam latihan berbicara, antara lain :
a.       Diskusi kelas bebas
Guru memberikan sebuah topik, kemudian siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya tentang masalah yang menjadi topik pembicaraan tersebut secara bebas.
b.      Diskusi kelompok
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. Pada setiap kelompok terdapat ketua, penulis dan pembicara. Masing-masing kelompok mendiskusikan topik yang berbeda-beda atau topik yang sama tapi dari segi yang berbeda. Pada bagian akhir pelajaran, wakil dari masing-masing kelompok (pembicara) melaporkan hasil diskusinya di depan kelas dan siap menjawab pertanyaan atau sanggahan yang diajukan oleh kelompok lain.
c.       Diskusi panel
Guru menetapkan topik, menunjuk beberapa siswa sebagai panelis, moderator dan penulis. Kepada petugas diberi kesempatan satu minggu untuk mempersiapkan bahan pembicaraannya, dan siswa yang lain menyiapkan sanggahan-sanggahan. Dalam pelaksanaan diskusi, guru bertindak sebagai partisipan pasif. Pada akhir diskusi guru memberikan komentar dan evaluasi.

C.      Strategi pembelajaran berbicara (kalam)

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran kalam adalah sebagai berikut :

a.       Bagi pembelajar mubtadi’ ( pemula )

1.        Guru mulai melatih bicara dengan memberi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa
2.        Pada saat yang bersamaan siswa diminta untuk belajar mengucapkan kata, menyusun kalimat dan mengungkapkan pikiran
3.        Guru mengurutkan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh siswa sehingga berakhir membentuk sebuah tema yang sempurna
4.        Guru menyuruh siswa menjawab latihan-latihan syafawiyyah, menghafal percakapan, atau menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi teks yang telah siswa baca.

b.      Bagi pembelajar mutawassith (lanjutan)

1.        Belajar berbicara dengan bermain peran
2.        Berdiskusi tentang tema tertentu
3.        Bercerita tentang peristiwa yang dialami oleh siswa
4.        Bercerita tentang informasi yang telah didengar dari televisi, radio, atau lain-lainnya.

c.       Bagi pembelajar mutaqaaddim (tingkat atas)

1.        Guru memilihkan tema untuk berlatih kalam
2.        Tema yang dipilih hendaknya menarik dan berhubungan dengan kehidupan siswa
3.        Tema harus jelas dan terbatas
4.        Mempersilahkan siswa memiliih dua tema atau lebih sampai akhirnya siswa bebas memilih tema yang dibicarakan tentang apa yang mereka ketahui.

D.      Prinsip-prinsip pengajaran keterampilan berbicara (kalam)

Agar pengajaran pembelajaran berbicara (kalam) dapat berjalan dengan baik, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut di bawah ini :
a.       Hendaknya guru memiliki kemampuan yang tinggi tentang keterampilan ini.
b.      Memulai dengan suara-suara yang serupa antara dua bahasa (bahasa pebelajar dan bahasa arab).
c.       Hendaknya pengarang dan pengajar memperhatikan tahapan-tahapan dalam pengajaran kalam, seperti memulai dengan lafaz-lafaz mudah yang terdiri dari satu kalimat, dua kalimat, dan seterusnya.
d.      Memulai dengan kosakata yang mudah
e.       Memfokuskan pada bagian keterampilan bagi keterampilan berbicara, yaitu :
1.      Cara mengucapkan bunyi dan makhrajnya dengan baik dan benar.
2.      Membedakan pengucapan harakat panjang ddan pendek
3.      Mengucapkan ide-ide dengan cara yang benar dengan memperhatikan kaidah tata bahasa yang ada.
4.      Melatih siswa bagaimana cara mulai dan mengakhiri pembicaraan dengan benar.
f.        Memperbanyak latihan-latihan, seperti latihan membedakan pengucapan bunyi, latihan mengungkapkan ide-ide, dan sebagainya.

E.      Tes Kemampuan Berbicara  Bahasa Arab  (Maharah Al- Kalam)

Terdapat beberapa bentuk tes yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan keterampilan  berbicara (Maharah Al-Kalam) dalam  bahasa Arab diantaranya adalah sebagai berikut :

1.    Mendeskripsikan Gambar (washf  al-shurah)

Siswa diminta untuk mendeskripsikan gambar secara lisan dengan menggunakan bahasa Arab,  dalam mendeskripsikan gambar  terkadang diberi beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan gambar atau secara bebas diminta untuk mendeskripsikan apa yang dilihat dalam gambar.

2.     Menceritakan pengalaman (washf al-khibrah)

Siswa diminta untuk menceritakan pengalamannya, seperti rekreasi, pengalaman yang menyenangkan, yang menyedihkan dan lain sebagainya.

3.     Wawancara (muqobalah)

Wawancara atau dialog dalam maharah al-kalam sering kali digunakan, baik dalam proses pembelajarannya, maupun dalam mengukur kemampuan siswa. Dalam mewawancara atau hiwar, siswa diajak berdialog dengan tema tertentu dan dengan kriteria yang telah ditentukan pula.

4.     Berbicara bebas (ta’bir khur)

Dalam ta’bir khur atau berbicara bebas, siswa diminta untuk berbicara bebas; berbicara bebas memiliki dua arti, pertama; siswa diminta untuk berbicara sekitar 5 sampai 7 menit menggunakan bahasa arab dengan tema atau judul bebas dari diri mereka sendiri, kedua; berbicara bebas berarti siswa diminta untuk berbicara tentang tema atau judul tertentu sekitar 5 sampai 7 menit tanpa diberi poin-poin atau ide-ide pokok sebagai pedoman mereka dalam berbicara.

5.     Diskusi

Siswa di ajak berdiskusi mengenai tema tertentu, pelaksanaan diskusi bisa juga dilaksanakan dengan model seperti debat terutama jika kemampuan mereka sudah dalam tingkat mutaqoddim atau tinggi, atau berdiskusi sederhana tentang tema tertentu.



Rosyidi, Abd. Wahab dan Mamlu’atul Ni’mah. 2012. Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN-MALIKI PRESS.

Zulhannan. 2004. Tekhnik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif. Jakarta: RAJAWALI PRESS.

Hamid, M. Abdul. 2013. Mengukur Kemampuan Bahasa Arab. Malang: UIN-MALIKI PRESS.

Mustofa, Bisri dan Abdul Hamid. 2012. Metode Dan strategi Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN-MALIKI PRESS.

Effendy, Ahmad Fuad. 2009. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang:  MISYKAT.    



[1] A. W. Munawwir, Op. Cit., hlm. 1318
[2] Al-Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Syarhu Mukhtashar Jiddan ‘Ala Matni al-Jurumiyah, Semarang: Usaha Keluarga, Tanpa Tahun, hlm. 4
[3] Nashir Abdullah al-Ghani dan Abdul Hamid Abdullah, Op. Cit., hlm. 54
[4] HD. Hidayat, Tehnik Mengajar Bahasa Arab Bagi Pemula dan Kesulitan-kesulitannya - Seminar Pedoman Pelaksanaan Penataran Metode Pengajaran membaca Al-Qur’an dan Memahami Maknanya bagi Guru-Guru SD, SLTP dan SLTA, Jakarta: 1990/1991, hlm. 29


Tidak ada komentar:

Posting Komentar