Keterampilan Berbicara
A.
Latar Belakang
Kemampuan untuk menyusun kata-kata yang baik dan jelas mempunyai
dampak yang besar dalam hidup manusia. Baik untuk mengungkapkan
pikiran-pikirannya atau memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Berbicara dengan bahasa asing merupakan keterampilan dasar yang
menjadi tujuan dari beberapa tujuan pengajaran bahasa. Sebagaimana bicara
adalah sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa
yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa Arab.
Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal
balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.
Terdapat beberapa perbedaan mendasar antara keterampilan berbicara
dengan keterampilan-keterampilan yang lain, di satu waktu kita bisa membaca,
menulis ataupun mendengarkan suatu kosakata tertentu, akan tetapi tidak
disertai kemampuan untuk berbicara atau berkomunikasi kecuali terdapat
faktor-faktor lain yang mendorong kita menggunakan kosakata tersebut untuk
berkomunikasi. Untuk itu, di dalam makalah ini kami akan membahas secara
gamblang apa saja strategi dan tekhnik agar seorang siswa mampu untuk berbicara
atau berkomunikasi dengan baik khususnya dalam berbicara dengan menggunakan
bahasa arab.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
itu keterampilan berbicara ?
2.
Strategi
apa yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara ?
3.
Teknik
apa yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara ?
C. Tujuan
Keterampilan
berbicara adalah keterampilan yang paling penting dalam berbahasa. Sebab
berbicara adalah bagian dari keterampilan yang dipelajari oleh para pembelajar,
sehingga keterampilan berbicara dianggap sebagai bagian yang sangat mendasar
dalam mempelajari bahasa asing. Oleh karena itu, makalah ini kami susun
bertujuan sebagai rujukan bagi para pembaca agar memiliki pengetahuan terkait
tentang langkah-langkah mencapai taraf kemampuan berbicara yang baik dan mampu mengaplikasikannya di dalam
kehidupan sehari-hari.
A.
Pengertian keterampilan Berbicara (Kalam)
Berbicara (kalam) secara etimologis adalah perkataan, percakapan,
dan pembicaraan.[1]
Sedangkan menurut pakar gramatika bahasa Arab, Kalam adalah lafal yang
tersusun yang memberikan faedah dan dilakukan secara sengaja.[2] Dengan
kata lain, kalam dimaksud memberikan pengertian secara lengkap. Adapun
pengertian Berbicara (kalam) dalam perspektif terminologis adalah
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa Arab secara benar dan akurat, dan bunyi-bunyi
tersebut keluar dari makhraj al-huruf yang telah menjadi konsensus pakarb
ahasa.[3] Konteks
ini dapat dicermati bahwa pengertian berbicara (kalam) di sini tidak
hanya keluar begitu saja tanpa ada tendensi tertentu, melainkan seorang
pembicara mampu memberikan pemahaman terhadap lawan bicaranya ketika terjadi
interaksi (komunikasi), sehingga mudah dicerna atau dimengerti secara sempurna.
B. Tekhnik pembelajaran
keterampilan berbicara
Tekhnik
pembelajaran keterampilan berbicara ini dapat dilakukan melalui beberapa
latihan (praktik) dari apa yang didengar secara pasif dalam latihan menyimak.
Salah satu pendekatan yang paling cocok dalam pembelajaran keterampilan berbicara
atau kalam bagi pemula adalah “sam’iyyah syafawiyyah, dan pendekatan
komunikatif“.[4]
Maksudnya sejak pelajaran pertama, guru harus memotivasi peserta didik untuk
menguasai materi pelajaran secara lisan.
Di bawah ini, akan dijelaskan beberapa
tekhnik atau latihan-latihan yang dapat digunakan dalam pembelajaran
keterampilan berbicara :
1.
Latihan Asosiasi dan Identifikasi
Latihan ini
dimaksudkan untuk melatih spontanitas siswa dan kecepatan serta kecermatan
mereka di dalam mengidentifikasi dan mengasosiasikan makna ujaran atau kosakata
yang didengarnya. Bentuk latihannya sebagai berikut :
a.
Guru
menyebut satu kata, selanjutnya siswa menyebut kata lain yang memiliki hubungan
dengan kata tersebut.
b.
Guru
menyebut satu kata, selanjutnya siswa
menyebut kata lain yang tidak memiliki hubungan dengan kata
tersebut.
c.
Guru
menyebut satu kata benda (isim), selanjutnya siswa menyebut kata sifat
yang sesuai dengan kata benda tersebut.
d.
Guru
menyebut satu kata kerja (fi’il), selanjutnya siswa menyebut pelaku (fa’il)nya
yang sesuai dengan kata kerja tersebut.
2.
Latihan Pola Kalimat (pattern drill)
Latihan pola
kalimat (pattern drill) ini adalah sebuah format latihan yang disajikan
terhadap peserta didik dengan mempresentasikan pola-pola kalimat, sehingga lidah mereka menjadi otomatis di
dalam mengeskpresikan pola kalimat arab tanpa skeptis.
3.
Latihan Percakapan (dialog)
Latihan percakapan
ini biasanya mengambil topik atau tema tertentu yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari atau kegiatan-kegiatan yang dekat dengan para siswa. Adapun proses
implementasinya yaitu dengan menggunakan pendekatan komunikatif. Sehingga
terjadi interaktif dan terkesan tidak dibuat-buat. Bentuk latihannya sebagai
berikut :
a.
Tanya
Jawab
Guru mengajukan satu pertanyaan,
siswa 1 menjawab dengan satu kalimat; kemudian siswa 1 bertanya, siswa 2
menjawab; kemudian siswa 2 bertanya siswa 3 menjawab; demmikian seterusnya
sampai semua siswa mendapat gilirannya.
b.
Mengahafalkan
model dialog
Guru memberikan suatu model dialog
secara tertulis untuk dihafalkan oleh siswa di rumah masing-masing. Pada minggu
berikutnya secara berpasangan mereka diminta untuk tampil di depan kelas untuk
memeragakan dialog tersebut.
c.
Percakapan
terpimpin
Di dalam percakapan terpimpin, guru
menentukan situasi atau konteks atau muna:sabahnya. Siswa diharapkan
mengembangkan imajinasinya sendiri dalam percakapan dengan lawan bicaranya
sesuai dengan muna:sabah yang telah ditentukan.
d.
Percakapan
bebas
Dalam kegiatan percakapan bebas,
guru hanya menetapkan topik pembicaraan. Siswa diberi kesempatan melakukan
percakapan mengenai topik tersebut secara bebas.
4.
Berpidato
Kegiatan
berpidato merupakan salah satu sarana atau bentuk pengajaran bahasa arab yang
digunakan di berbagai pondok pesantren, dan memiliki dampak yang positif bagi
para siswa. Karena siswa dibiasakan untuk berpidato dengan menggunakan bahasa
yang lebih baik atau dengan kaidah yang benar.
Pendidik dalam
hal ini harus mampu menanamkan keterlibatan pihak pendengar dengan pembicara.
Untuk mencapai hal ini guru dapat menghubungkan kegiatan mendengar dan menulis.
Misalnya, siswa diharuskan menulis ringkasan isi pidato dari setiap pembicara.
5.
Diskusi
Ada beberapa
model diskusi yang dapat digunakan dalam latihan berbicara, antara lain :
a.
Diskusi
kelas bebas
Guru memberikan sebuah topik,
kemudian siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya tentang masalah
yang menjadi topik pembicaraan tersebut secara bebas.
b.
Diskusi
kelompok
Guru membagi siswa dalam beberapa
kelompok. Pada setiap kelompok terdapat ketua, penulis dan pembicara.
Masing-masing kelompok mendiskusikan topik yang berbeda-beda atau topik yang sama
tapi dari segi yang berbeda. Pada bagian akhir pelajaran, wakil dari
masing-masing kelompok (pembicara) melaporkan hasil diskusinya di depan kelas
dan siap menjawab pertanyaan atau sanggahan yang diajukan oleh kelompok lain.
c.
Diskusi
panel
Guru menetapkan topik, menunjuk
beberapa siswa sebagai panelis, moderator dan penulis. Kepada petugas diberi
kesempatan satu minggu untuk mempersiapkan bahan pembicaraannya, dan siswa yang
lain menyiapkan sanggahan-sanggahan. Dalam pelaksanaan diskusi, guru bertindak sebagai
partisipan pasif. Pada akhir diskusi guru memberikan komentar dan evaluasi.
C.
Strategi pembelajaran berbicara (kalam)
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran kalam
adalah sebagai berikut :
a.
Bagi pembelajar mubtadi’ ( pemula )
1.
Guru
mulai melatih bicara dengan memberi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
oleh siswa
2.
Pada
saat yang bersamaan siswa diminta untuk belajar mengucapkan kata, menyusun kalimat
dan mengungkapkan pikiran
3.
Guru
mengurutkan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh siswa sehingga berakhir
membentuk sebuah tema yang sempurna
4.
Guru
menyuruh siswa menjawab latihan-latihan syafawiyyah, menghafal
percakapan, atau menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi teks yang
telah siswa baca.
b.
Bagi pembelajar mutawassith (lanjutan)
1.
Belajar
berbicara dengan bermain peran
2.
Berdiskusi
tentang tema tertentu
3.
Bercerita
tentang peristiwa yang dialami oleh siswa
4.
Bercerita
tentang informasi yang telah didengar dari televisi, radio, atau lain-lainnya.
c.
Bagi pembelajar mutaqaaddim (tingkat atas)
1.
Guru
memilihkan tema untuk berlatih kalam
2.
Tema
yang dipilih hendaknya menarik dan berhubungan dengan kehidupan siswa
3.
Tema
harus jelas dan terbatas
4.
Mempersilahkan
siswa memiliih dua tema atau lebih sampai akhirnya siswa bebas memilih tema
yang dibicarakan tentang apa yang mereka ketahui.
D.
Prinsip-prinsip pengajaran keterampilan berbicara (kalam)
Agar pengajaran pembelajaran
berbicara (kalam) dapat berjalan dengan baik, maka perlu diperhatikan
hal-hal berikut di bawah ini :
a.
Hendaknya
guru memiliki kemampuan yang tinggi tentang keterampilan ini.
b.
Memulai
dengan suara-suara yang serupa antara dua bahasa (bahasa pebelajar dan bahasa
arab).
c.
Hendaknya
pengarang dan pengajar memperhatikan tahapan-tahapan dalam pengajaran kalam,
seperti memulai dengan lafaz-lafaz mudah yang terdiri dari satu kalimat,
dua kalimat, dan seterusnya.
d.
Memulai
dengan kosakata yang mudah
e.
Memfokuskan
pada bagian keterampilan bagi keterampilan berbicara, yaitu :
1.
Cara
mengucapkan bunyi dan makhrajnya dengan baik dan benar.
2.
Membedakan
pengucapan harakat panjang ddan pendek
3.
Mengucapkan
ide-ide dengan cara yang benar dengan memperhatikan kaidah tata bahasa yang
ada.
4.
Melatih
siswa bagaimana cara mulai dan mengakhiri pembicaraan dengan benar.
f.
Memperbanyak
latihan-latihan, seperti latihan membedakan pengucapan bunyi, latihan
mengungkapkan ide-ide, dan sebagainya.
E.
Tes Kemampuan Berbicara
Bahasa Arab (Maharah Al- Kalam)
Terdapat beberapa bentuk tes yang dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan keterampilan berbicara (Maharah
Al-Kalam) dalam bahasa Arab
diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Mendeskripsikan Gambar (washf al-shurah)
Siswa diminta untuk mendeskripsikan gambar secara lisan dengan
menggunakan bahasa Arab, dalam
mendeskripsikan gambar terkadang diberi beberapa
pertanyaan yang berkaitan dengan gambar atau secara bebas diminta untuk
mendeskripsikan apa yang dilihat dalam gambar.
2.
Menceritakan pengalaman (washf al-khibrah)
Siswa diminta untuk menceritakan pengalamannya, seperti rekreasi,
pengalaman yang menyenangkan, yang menyedihkan dan lain sebagainya.
3.
Wawancara (muqobalah)
Wawancara atau dialog dalam maharah al-kalam sering kali digunakan,
baik dalam proses pembelajarannya, maupun dalam mengukur kemampuan siswa. Dalam
mewawancara atau hiwar, siswa diajak berdialog dengan tema tertentu dan
dengan kriteria yang telah ditentukan pula.
4.
Berbicara bebas (ta’bir khur)
Dalam ta’bir khur atau berbicara bebas, siswa diminta untuk
berbicara bebas; berbicara bebas memiliki dua arti, pertama; siswa diminta
untuk berbicara sekitar 5 sampai 7 menit menggunakan bahasa arab dengan tema
atau judul bebas dari diri mereka sendiri, kedua; berbicara bebas berarti siswa
diminta untuk berbicara tentang tema atau judul tertentu sekitar 5 sampai 7
menit tanpa diberi poin-poin atau ide-ide pokok sebagai pedoman mereka dalam
berbicara.
5.
Diskusi
Siswa di ajak berdiskusi mengenai tema tertentu, pelaksanaan
diskusi bisa juga dilaksanakan dengan model seperti debat terutama jika
kemampuan mereka sudah dalam tingkat mutaqoddim atau tinggi, atau
berdiskusi sederhana tentang tema tertentu.
Rosyidi, Abd. Wahab dan Mamlu’atul
Ni’mah. 2012. Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab. Malang:
UIN-MALIKI PRESS.
Zulhannan. 2004. Tekhnik
Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif. Jakarta: RAJAWALI PRESS.
Hamid, M. Abdul. 2013. Mengukur
Kemampuan Bahasa Arab. Malang: UIN-MALIKI PRESS.
Mustofa, Bisri dan Abdul Hamid. 2012.
Metode Dan strategi Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN-MALIKI PRESS.
Effendy, Ahmad Fuad. 2009.
Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: MISYKAT.
[1] A. W.
Munawwir, Op. Cit., hlm. 1318
[2]
Al-Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Syarhu Mukhtashar Jiddan ‘Ala Matni
al-Jurumiyah, Semarang: Usaha Keluarga, Tanpa Tahun, hlm. 4
[3] Nashir
Abdullah al-Ghani dan Abdul Hamid Abdullah, Op. Cit., hlm. 54
[4] HD.
Hidayat, Tehnik Mengajar Bahasa Arab Bagi Pemula dan Kesulitan-kesulitannya
- Seminar Pedoman Pelaksanaan Penataran Metode Pengajaran membaca Al-Qur’an dan
Memahami Maknanya bagi Guru-Guru SD, SLTP dan SLTA, Jakarta: 1990/1991,
hlm. 29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar